Bocah Penderita Epilepsi Ini Butuh Uluran Tangan
Teropongnusa, Takengon -- Andika, bocah lima tahun mengalami derita
Epilepsi butuh perhatian dermawan. Karena kondisi kedua tangan dan kaki Andika
saat ini semakin mengecil. 5/10/2017.
Bocah asal Desa Kemili, Kecamatan
Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah, Takengon itu saat ini dirawat diruang anak
nomor 2 BLUD Datu Beru Takengon. Sementara ini Ia sedang menjalani perawatan
medis sejak 2 Oktober 2017.
Tak hanya itu, menurut data yang
diperoleh dari petugas medis, Andika juga diserang Anemia. Berat badannya 10
Kg. Pada Selasa (3/10/2017), dokter juga telah melakukan transfusi (Tambah-Red)
satu kantong darah ke tubuh Andika.
"Yang telah ditransfusi, darahnya
golongan A," kata petugas medis yang sedang piket diruang anak kepada awak
media pada hari Rabu (4/10/2017).
Ibu Andika, Juliana juga menjelaskan
anaknya itu telah diserang Epilepsi sejak Agustus 2017. Sejumlah pengobatan
tradisional juga telah disambangi, namun belum juga menuai hasil.
"Pasalnya keluarga tersebut juga
meceritakan keluhan untuk berobat ke rumah sakit gak ada biaya, maka oleh sebab
itu Andika terpaksa di bawa untuk berobat di kampung-kampung,"
ujarnya.
Siapa Andika?...
Andika merupakan anak ketiga dari
pernikahan Juliana dan Eno (Almarhum). Semula mereka bermukim di Medan, Sumatera
Utara. Andika ditinggal mati ayahnya awal Januari 2017.
Juliana menceritakan, Andika mendapat
perilaku kekerasan dalam rumah tangga saat ia bermukim di Medan, Sumatera
Utara. Pada usia 2,5 tahun, Andika disiram air panas oleh almarhum ayah kandungnya,
Eno.
Sejak itu pula kata Juliana, Andika
mengalami trauma dan tidak bisa berbicara lagi layaknya anak normal.
Tidak sampai disitu, kata Juliana,
almarhum Eno juga telah menghabisi anak sulung mereka bernama Hendra saat ia
berumur 20 Tahun.
"Saya gak tahan lagi, hingga
akhirnya awal 2016 saya lari ke Takengon dan memeluk Islam disini,"
ujarnya.
Bersamaan dengannya, Juliana juga
memboyong dua anaknya ke Takengon. Kedua anak itu adalah Hendika (14 tahun) dan
Andika (5 tahun).
Kepada wartawan, Juliana mengaku bekerja
sebagai pembuat kue. Hasil olahannya itu pula kemudian dititipkan ke
warung-warung untuk membiayai kebutuhan hidup mereka.(red)