Pahala Pekerjaan Ditentukan Niat
Teropongnusa.com, RELIGI - Dari Amirul
Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia
berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam
bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.
Barang Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan
siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau
karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana)
yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin
Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin
Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang
merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).
Catatan:
1. Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi
inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berkata: Dalam hadits tentang
niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri
dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah
satu bagian dari ketiga unsur tersebut. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa
dia berkata," Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah
ulama bahkan ada yang berkata," Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
2. Sebab dituturkannya hadits ini, yaitu: ada seseorang yang hijrah
dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang
konon bernama: “Ummu Qais” bukan untuk meraih pahala berhijrah. Maka orang itu
kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena
Ummu Qais).
Kandungan Hadist:
1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal
perbuatan, dan amal ibadah tidak akan menghasilkan pahala kecuali berdasarkan
niat (karena Allah ta’ala).
2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya
di hati.
3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala
dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.
4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar
niatnya.
5. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi
niat karena mencari keridhaan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas)
adalah niat.
7. Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman
karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal
Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan
dengan perbuatan. (Buletin FKM)