Antara Tuan Rumah Dermawan dan Tamu Tak Tahu Diri
![]() |
Oleh: Denny Rubi |
Konon di sebuah negeri terdapatlah sepasang
keluarga bahagia yang tinggal di kampung kecil terpencil di kaki gunung tak
berapi. Pada suatu hari keluarga ini memiliki hajat tasyakuran dengan berbagi
makanan kepada orang lain atas nikmat yang selama ini Ia dapatkan. Seperti pada
umumnya orang hajatan, Ia pun mengundang masyarakat sekitar untuk datang di
acaranya tersebut. Tentu saja, undangan yang telah disebar disambut positif
oleh masyarakat dengan mendatanginya baik sendiri maupun bersama keluarga
masing-masing.
Karena telah mengetahui siapa saja dan berapa
tamu yang diundangnya, si Tuan Rumah tersebut pun menyiapkan kursi dan hidangan
untuk disuguhkan. Istilahnya tamu kehormatan, si Tuan Rumah melayani dengan
setulus hati. Melihat itu, para undangan pun merasa nyaman dan menikmati segala
pelayanan yang diberikan Tuan Rumah.
Namun di saat Tuan Rumah dan tamu undangan
resmi tersebut khusyu’ dalam acara, tiba-tiba datanglah serombongan orang tak
diundang menerobos pintu rumah dan mengaku teman dari keluarga Tuan Rumah.
Sontak sang Tuan Rumah kaget karena jumlah kursi dan hidangan terbatas hanya
untuk para undangan resmi saja.
Akibatnya, serombongan orang yang tak
diundang tersebut hanya bisa duduk di lantai tanpa alas sambil melihat tamu
undangan resmi sedang makan dan minum jamuan di kursi yang berbalut sutera.
Karena merasa sebagai tamu namun tak kunjung diberi hidangan, serombongan tamu
tak diundang tersebut memprotes si Tuan Rumah. Meski demikian, Tuan Rumah tak
serta merta marah dan membalikkan protesnya melainkan meminta tamu tak diundang
itu untuk bersabar karena akan dimasakkan hidangan susulan.
Sementara, acara hajatan pun selesai dan tamu
undangan resmi satu persatu meninggalkan tempat dan hanya tersisa tamu tak
diundang saja karena menanti hidangan yang dijanjikan si Tuan Rumah.
Setelah rumah dalam keadaan sepi, tibalah
saatnya hidangan untuk tamu tak diundang itu disajikan. Dan apa yang terjadi
berikutnya sungguh miris dan sangat miris sekali, mungkin jika si Tuan Rumah
tak memiliki hati yang lapang maka tamu yang tak diundang tersebut sudah
diusir.
Yaa…kejadian berikutnya adalah saat hidangan
sudah disajikan, salah satu dari tamu tak diundang tersebut malah mengatakan
dengan suara lantang di depan Tuan Rumah bahwa dia dan teman-temannya tidak lapar.
Parahnya lagi, tamu tak diundang tersebut langsung memberikan hidangan itu ke
tetangga si Tuan Rumah.
Padahal di sisi lain, teman dari orang yang
berteriak lantang itu sedang membutuhkan hidangan untuk dimakan karena merasa
kelaparan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Tapi apalah daya, semua
telah terjadi dan teman-temannya hanya bisa gigit jari hingga seakan-akan
menyesalkan perilaku temannya tersebut.
Mengetahui hal itu, Tuan Rumah pun sadar
bahwa dia telah dilecehkan tamu tak diundang tersebut. Namun lagi-lagi karena
kelapangan hati, si Tuan Rumah hanya bisa beristigfar sambil mendoakan semoga
tamu tak diundang tersebut diampuni dosanya, dibukakan pintu hatinya dan
diberikan kesehatan oleh Yang Maha Pencipta.
Dan ternyata menurut kesaksian warga sekitar,
Tuan Rumah ini seorang yang dermawan dan selalu menjaga hubungan baik dengan
siapa saja tanpa terkecuali terlebih dengan tetangganya. Dan berkat sifatnya
itu, banyak orang yang menaruh simpati kepadanya.
Sedangkan tamu yang berteriak lantang tersebut seorang yang suka mencari pencitraan dan suka mencari keuntungan pribadi di atas penderitaan orang di sekitarnya.
Sekian
*Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada
kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan
semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
*Jangan lupa saksikan terus film-film pendek
Jcinema Production bersama keluarga dan orang-orang kesayangan anda.
Channel Youtube: Jurnalis Cinema
Fanspage: Sahabat Jcinema Film