Kopi Cokot Gula Aren, Suguhan Unik Warga Ngebel Ponorogo
![]() |
Dari kiri: Eko, Fajar, Denny, ketika menikmati suguhan kopi cokot gula aren di Ngebel |
TEROPONGNUSA.COM | PONOROGO – Dahulu gula dari kelapa atau sering disebut gula aren memiliki harga lebih tinggi daripada gula tebu. Oleh karena itu gula aren hanya bisa dibeli kalangan tertentu, semisal pejabat kerajaan ataupun kaum ningrat.
Seiring berkembangnya zaman, budaya tersebut sudah mulai berubah. Betapa tidak, saat ini gula aren telah dikonsumsi segala lapisan masyarakat. Bahkan untuk mendapatkannya juga mudah ditemukan di banyak tempat, seperti toko kelontong, warung, hingga supermarket.
Apalagi sekarang gula aren juga telah dikombinasikan dengan minuman. Seperti contohnya tiga pria yakni Fajar, Eko dan Denny yang memiliki pengalaman dengan gula aren, dimana waktu itu disantapnya bersama minuman kopi.
Pengalaman itu bermula ketika suatu hari ketiga pria itu hendak pergi ke objek wisata Telaga Ngebel. Sesampainya di lokasi, secara tak sengaja mereka berhenti di depan rumah warga kawasan jalan lingkar telaga.
Berselang beberapa waktu, ternyata di tempat itu ada beberapa orang warga yang sedang beraktifitas. Karena nalurinya yang supel, mereka pun mencoba menyapa warga tersebut.
“Tadinya berhenti mau menelpon seseorang, setelah itu saya melihat ada warga. Sebagai bentuk keramahan, kami menyapa mereka,” ucap Fajar.
Perbincangan pun dimulai, dari hal ringan hingga keseharian masing-masing. Satu sisi, Fajar yang terbiasa hidup di tengah kota seolah ingin mengetahui seperti apa kehidupan warga di pegunungan, khususnya masyarakat Ngebel.
Tak terasa, keakraban terjalin di antaranya. Keramahan warga juga semakin terlihat jelas, terlebih ketika seorang ibu rumah tangga sebut saja Bu Miati menyuguhkan kopi kepada mereka.
“Di ujung perbincangan, mendadak Bu Miati menyuguhkan kopi ke kami,” cerita Fajar.
Namun, ada yang unik saat itu. Kopi yang disuguhkan ternyata diseduh tanpa gula. Dan sebagai penggantinya, bersama kopi itu turut disertakan gula aren yang ditempatkan pada piring lepek.
“Begitu melihat suguhan saya teringat istilah 'kopi cokot gula aren',” ujar Eko.
Dan benar, Bu Miati menjelaskan bahwa kopi itu diminum sembari menggigit gula. Dijelaskannya, suguhan tersebut telah menjadi tradisi di Ngebel. Bahkan tak jarang jika ada sanak saudaranya yang berkunjung minta dibuatkan kopi serupa.